Senin, 31 Juli 2017

Saya bukan yang terbaik namun saya belajar menjadi yang terbaik


Perahu Hias di Festival Serayu Baru Sekedar Event

Festival Serayu di Kabupaten Banyumas sejatinya bertujuan untuk membuat destinasi wisata di lokasi tersebut. Terutama dalam pengembangan dermaga wisata sebagai roh pengembangan wisata selanjutnya. Namun, keinginan mengembangkan dermaga wisata tampak jauh belum tercapai. Faktor utamanya karena terkendala perizinan pembangunan dermaga dari pemerintah pusat. Kemarin (30/7), memang nampak puluhan perahu hias berlayar dari salah satu dermaga di Desa Sokawera, Kecamatan Patikraja menuju ke Bendung Gerak Serayu, Desa Tambaknegara Kecamatan Rawalo. Semangat terlihat jelas dari berbagai hiasan perahu yang berlayar dari para peserta. Mereka yang ada di perahu pun selalu melambaikan tangan kepada para penonton yang berderet dari sepanjang Kecamatan Patikraja hingga Kecamatan Rawalo.
 
            Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Suwondo Geni mengakui tujuan utama untuk membuat destinasi wisata belum tercapai. Bahkan, setelah festival tersebut dicoba untuk ke tujuh kali ini, kata dia, tujuan utamanya masih belum muncul. Penyebabnya, pertama karena dari segi ekonomis lebih menjanjikan menjadi penambang pasir, kedua ada rasa takut wisatawan menaiki perahu dan ketiga karena area sungai tersebut adalah milik pemerintah pusat, perizinan untuk membangun dermaga dari Pemkab Banyumas tidak diperkenankan atau tidak mendapatkan ijin. “Jadi harapan kami sebagai destinasi wisata pupus. Tetapi kami tetap semangat, meski hanya sekadar event festival serayu saja, bukan destinasi wisata,” terangnya, belum lama ini. Selain tujuan awal dengan membuat destinasi wisata, tujuan Festival Serayu juga untuk merubah sikap mental masyarakat sekitar yang semula menambang pasir menjadi melayani wisatawan. 
 
          Sehingga ekologi di Sungai Serayu terlestari. Melihat kondisi tersebut, Suwondo mengatakan, untuk Festival Serayu tahun depan bakal melakukan evaluasi besar-besaran. Salah satunya mengubah konsep kegiatan festival dari yang semula fokus kegiatan di dalam air. Maka, tahun depan direncanakan fokus untuk kegiatan lain, seperti hiking atau susur bukit, lomba lari, lomba sepeda, dan jenis kegiatan lainnya. “Harapannya nanti tidak hanya balapan perahu dan perahu hias saja, karena ini kalau kita garap sudah tidak memungkinkan. Tapi kita akan tonjolkan potensi lain yang ada di masyarakat sekitar. Sehingga itu akan menjadi event, dan itu akan lebih mudah. Kita sudah komunikasi dengan perhutani, dan mereka welcome,” jelasnya. Kabid Pariwisata Dinporabudpar Banyumas, Saptono membenarkan hal itu. Menurutnya, tujuan awalnya ingin merubah karakter dan mata pencaharian rekan-rekan penambang pasir menjadi mengelola perahu wisata. Tapi sampai saat ini belum terealisasi. “Makanya setiap tahun terus kita evaluasi dan meningkatkan kegiatannya sehingga mereka ikut berpartisipasi di sini,” katanya terpisah. Tursinah, salah satu penonton mengatakan, kegiatan Festival Serayu setiap tahun tidak ada perubahan. Meski demikian, menurutnya antusias masyarakat yang menyaksikan festival tersebut kali ini lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. “Semakin baik semoga semakin banyak peminatnya. Tapi acaranya kalau bisa ditambah yang lebih menarik lagi,” katanya yang mengaku sudah lima kali menonton kegiatan serupa. Bupati Banyumas Ir H Achmad Husein mengakui hal tersebut. Suilitnya memperoleh perizinan menyebabkan rencana Pemkab Banyumas selama ini belum tercapai. Namun demikian, menurutnya kegiatan Festival Serayu kali ini cukup antusias. Setiap tahun, menurutnya semakin meningkat kualitasnya. “Animo masyarakat cukup banyak. 
 
          Bisa mendekatkan pemerintah dan masyarakat. Bahkan ada yang minta satu tahun dua kali. Sebenarnya tujuan pertama kegiatan ini untuk menjaga sungai, terutama dari sampah. Menjadikan pariwisata dan rekreasi bersama. Dan yang rekeasi harus dikembangkan terus,” pintanya. Selain itu, ia juga mengatakan, dari balai besar serayu opak akan membangun tiga dermaga di lokasi tersebut. Adanya wacana tersebut, membawa angin segar bagi Pemkab Banyumas untuk lebih mengembangkan kawasan tersebut menjadi wisata. “Mungkin bisa kerjasama dengan swasta tahun ini. Kedepan ada atraksi air. Tadi ada pengusaha dia juga akan membikin perahu pariwisata setiap Sabtu-Minggu. Ada sekitar 20 perahu,” katanya. Sementara itu, Ketua Paguyuban Masyarakat Wisata Serayu, Eddy Wahono mengatakan, pelaku wisata Sungai Serayu secara mandiri akan terus berupaya membangun wisata air, seperti akan mendirikan tiga dermaga sebagai sarana dibukanya wisata air. “Rencananya ada tiga dermaga yakni di BGS Rawalo, Desa Notog, Patikraja, dan Desa Tumiyang, Kebasen,” ungkapnya. Dalam wisata air ini, nantinya akan melibatkan puluhan penambang pasir ilegal untuk berlaih profesi menjadi pelaku wisata, sehingga konservasi sungai akan lebih terjaga. Untuk wisata air nantinya akan disuguhkan kegiatan susur sungai, serta edukasi berkaitan pengelolaan sumber daya air, dengan menggunakan kapal milik penambang. 
 
         Nantinya di setiap dermaga akan disuguhkan makanan khas Banyumas, seperti mendoan, pecel, dan sebagainya. Menurutnya meski secara perizinan wisata air belum keluar, namun secara lisan sudah dilakukan, sehingga, kegiatan wisata air sudah bisa dilaksanakan. “Untuk tahap awal pelaku wisata sudah menyiapkan dua jet ski yang disewakan yang tiap 10 menit, wisatawan membayar Rp 100 ribu, dan akan menikmati indahnya Sungai Serayu. Dan bagi wisatawan yang ingin menuyusuri Sungai Serayu saat ini bisa langsung ke Posko Wisata Air di komplek BGS Rawalo. Di posko sudah ada operator jet ski yang akan membawanya menyusuri sungai,” katanya. Sementara dalam kegiatan Festival perahu hias yang digelar pada, Minggu (30/7) kemarin, dimulai dari Desa Sokawera dan finish di Bendung Gerak Serayu. Sedikitnya ada 24 perahu yang dihias, 21 perahu diantaranya diikuti oleh unsur OPD, BUMN, BUMDes, swasta, perguruan tinggi dan kecamatan. Dan tiga perahu lainnya oleh Bupati, forkompinda, dan tim penggerak PKK. Selain perahu hias, jenis kegiatan lain yang turut meramaikan adalah tebar benih ikan dan lomba layang-layang. “Total anggarannya sekitar Rp 100 juta dari APBD Tahun 2017,” katanya. Tampak ratusan layang-layang menjelajah di langit sekitar Bendung Gerak Serayu.
http://radarbanyumas.co.id

Jumat, 28 Juli 2017

Lagi, Taman Satria Purwokerto untuk Tempat Mesum



Taman kota yang seharusnya jadi tempat rekreasi, hiburan dan tempat santai keluarga malah dimanfaatkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Mereka menjadikan tempat untuk mesum. Kali ini Taman Satria, Berkoh yang kembali mendapat sorotan dari masyarakat atau pengguna jalan di wilayah tersebut. Pantauan Radar Banyumas, sejumlah muda-mudi melakukan adegan ciuman. Bahkan, tak hanya itu. Perbuatan tak senonoh juga dilakukan di tempat terbuka di area taman kota. Mereka memanfaatkan keadaan sepi untuk saling bermesraan. Celakanya, mereka adalah pelajar yang masih duduk di bangku SMA sederajat.

           Menurut Ginanjar (29), Warga Kembaran yang sering melintasi wilayah tersebut mengatakan, dirinya memang sering melihat anak remaja berseragam sekolah yang sedang bercumbu di taman tersebut. Bahkan terkadang terlihat tidak hanya satu pasangan saja. Namun, ada beberapa pasangan yang sedang bercumbu terpantau di sudut-sudut taman kota tersebut. “Seharusnya taman bukan untuk mesum. Kalau ini dibiarkan terus, masyarakat yang benar-benar ingin bermain di situ jadi malas,” katanya. Ginanjar berharap, pemerintah bisa segera mengambil tindakan. Terlebih, taman tersebut menjadi salah satu simbol kota Purwokerto karena terletak di pintu masuk ke kota. Menurutnya, pemandangan remaja sedang bercumbu di taman tersebut nampak jelas terlihat dari pinggir jalan. “Kalau ini tidak segera dibenahi, apa jadinya pandangan warga dari luar kota yang kebetulan lihat taman tersebut sedang dipakai untuk mesum,” ujarnya. Senada disampaikan Burhan warga Sokaraja. Dia mengetahui taman tersebut untuk tempat mesum sudah sejak lama. Sayang, sampai sekarang masih saja terus terjadi. Hal itu diartikan dia bahwa tidak ada upaya pemerintah untuk melakukan pembenahan agar tidak lagi ada remaja mesum di tempat tersebut. “Sudah dari dulu. 


          Katanya mau dijaga juga nyatanya masih banyak saja yang mesum. Malah sekarang hampir setiap hari pasti ada saja anak sekolah yang lagi pacaran disitu,” tandasnya. Dikonfirmasi hal tersebut, Kasi Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas, Taufik Noerarifin mengatakan, pihaknya sudah berupaya agar taman tersebut tidak lagi untuk tempat mesum. Salah satunya dengan pemasangan lampu taman. “Memang sulitnya seperti itu,” katanya menanggapi adanya muda-mudi yang mesum. Menurutnya, pemberantasan perbuatan mesum diruang publik seperti di Taman Satria ini, perlu sinergitas antar OPD. Dalam hal ini sebenarnya menjadi tanggung jawab Satpol PP. Dikonfirmasi soal rencana tahun lalu dimana akan dipasang CCTV, pihak DLH justru dinilai percuma. “Ketika tidak ada tindakan, tetap saja mereka berbuat (mesum,red),” katanya. “Saya kepingin dari masyarakat kirim surat langsung ke Pak Bupati biar ada tindakan. Kalau taman-taman di Kota besar itu biasanya dijaga Satpol. Tapi ini di sini kan tidak, saya ada penjaga taman hanya satu orang, itu juga jam 9-10 kan sudah harus pulang. Dan kelemahan kedua memang tamannya lebih terbuka,” lanjutnya. http://radarbanyumas.co.id

Kamis, 27 Juli 2017

Semangat...


Polisi Dalami Dugaan Pembunuh Ibu Kandung Pelajari Ilmu Sesat

Aji Kisworo (30) tega membunuh ibu kandungnya sendiri, Citem (90) pagi tadi. Polisi mendalami keterangan keluarga soal Aji yang mempelajari ilmu sesat.

"Masih kita selidiki apakah memang mengikuti aliran seperti itu atau tidak," ujar Kasat Reskrim Polres Banyumas AKP Djunaedi kepada wartawan di ruang jenazah RS Margono Soekardjo, Purwokerto, Kamis (27/7/2017).

Diwawancara terpisah, adik Citem, Darwin Margosuwito (60) bercerita bahwa Aji sempat belajar ilmu mistis. Dan sejak saat itu sikap Aji berubah.

"Dia belajar ilmu di internet yang mandi satu Suro itu. tujuannya ya nggak tahu. Dia bilang 'Aku sekarang sudah jadi Satria Piningit'," kata Darwin Margosuwito (60) menirukan perkataan Aji, di lokasi kejadian di RT 10/4 Desa Tunjung, Kecamatan Jatilawang, Banyumas.

Darwin melanjutkan setelah mandi satu Suro itu, Aji sempat datang kerumah kakaknya yang ada di Jakarta lalu mengamuk. Karena sikap Aji itulah, Darwin meminta Aji pulang ke Banyumas.

"Saya suruh adiknya untuk jemput (Aji) pulang ke sini. Di perjalanan itu sudah sembuh, tapi dia ke Jakarta lagi. Kemarin lebaran kurang seminggu pulang ke sini," ujarnya.

Di mata Darwin, Aji sosok yang pendiam. Namun setelah pergi dari rumah untuk ke Bogor, sikapnya menjadi berubah.

"Itu baru-baru aja di Bogor itu setelah mandi satu suro itu langsung kaya gitu, awalnya biasa aja," ucapnya.

Sementara menurut salah satu teman sekolah Aji, Ade sutrisno (32) mengatakan jika Aji merupakan anak yang pendiam dan pintar saat di sekolah dulu. Namun sekolahnya terhenti saat kelas 1 SMA.

"Baik sekolahnya pintar, rajin salat terakhir ikut sabat (bangun rumah) sama warga sini," ujarnya.

Namun memang ada yang berbeda dari diri Aji usai dirinya pergi ke Jawa Barat mengikuti sebuah ajaran tertentu.

Ade bercerita, di desanya tersebut sudah ada 3 orang termasuk Aji yang belajar ilmu tersebut di satu perguruan. Dia mengungkapkan, satu temannya yang lain yakni Martono (32) juga ikut berguru dan berangkat bersama Aji ke Jawa Barat.

"Ada satu temannya yang ikut berangkat bareng itu sekarang sering mengancam warga dan mau membunuh orang tuanya. Sekarang dia di kerangkeng sama keluarganya. Yang satu lagi perempuan namaya Muji, dia juga sama sering ngamuk setelah pulang," jelasnya. https://news.detik.com

Rabu, 26 Juli 2017

Full Day School Mulai Diterapkan di Banyumas

Minggu pertama tahun ajaran baru 2017/2018 menjadi minggu pengenalan bagi siswa kepada lingkungan sekolah. Namun, mulai pekan ini, efektivitas sekolah sudah mulai berlangsung. Bahkan, ditengah pro dan kontra full day school, ada beberapa sekolah di Kabupaten Banyumas yang sudah menerapkan. Bahkan, sudah dimulai sejak pertama masuk sekolah di tahun ajaran baru sepekan lalu. “Sejak minggu lalu sudah mulai (masuk sekolah, red),” kata Bagian Kesiswaan SMP N 1 Purwokerto, Suci Aji kepada Radarmas.

Dia menegaskan, tahun ajaran yang baru ini, sekolahnya sudah menerapkan sejak minggu pertama masuk sekolah. Penerapan lima hari sekolah di SMPN 1 Purwokerto dapat memotivasi siswa untuk memulai pendidikan karakter di rumah. Nantinya jam sekolah akan dimulai pukul 07.00 hingga pukul 15.30. “Mekanismenya sembilan jam untuk intrakurikuler, satu jam untuk kokurikuler dan satu jam setengah untuk estrakurikuler,” jelasnya. Sebelum menerapkan lima hari sekolah, SMP N 1 Purwokerto sudah merapatkan hal ini kepada orang tua siswa. “Sebelumnya sudah mengadakan rapat, dan setiap kelas, orang tua membuat paguyuban untu menyepakati menambah uang saku atau bawa bekal makan. Semuanya disepakati membawa bekal sehingga siang harinya dapat makan bersama, ini juga termasuk pendidikan karakter untuk anak-anak mengacu pada kurikulum 2013,” paparnya. Memang, saat ini, penerapan lima hari sekolah terhadap Sekolah Menengah Pertama (SMP) nampaknya belum seluruhnya merata di Kabupaten Banyumas. Penelusuran Radar Banyumas di wilayah perkotaan, salah satu sekolah yang belum menerapkan lima hari sekolah yakni SMP Negeri 2 Banyumas. 


           Kepala Sekolah SMP N 2 Banyumas, Wardaya SPd MPd kepada Radarmas, mengatakan, pihak sekolah baru akan melakukan lima hari sekolah pada 31 Juli mendatang. Pasalnya banyak yang harus dipersiapkan sekolah menjelang penerapan lima hari sekolah tersebut. Menurutnya, di sub Rayon 06 wilayah Banyumas, hanya SMP N 2 Banyumas yang belum menerapkan lima hari sekolah. Pihaknya menginginkan penerapan lima hari sekolah nantinya benar-benar matang dalam persiapannya. “Dua minggu menjelang penerapan itu, kami masih melakukan persiapan internal maupun eksternal seperti perangkat pembelajaran,” katanya, Senin (24/7). Mengenai mekanisme lima hari kerja, sekolah dimulai pukul 07.00 hingga pukul 15.30. Sekolah akan menerapkan sembilan jam kegiatan intrakurikuler, 40 menit kokurikuler, dan satu jam untuk ekstrakurikuler. Kegiatan intra kurikuler akan dimulai sekitar pukul 07.15. “Jadi saat menunggu pukul 07.00 hingga 07.15 melakukan kegiatan pembiasaan, seperti membaca buku atau tadarus,” jelasnya. Namun demikian, meski ada yang sudah dan belum menerapkan, nyatanya full day school tetap membuat kaget orang tua. Hal itu diungkapkan A.Rohman, salah satu orang tua murid yang anaknya duduk di kelas 2, SMPN 1 Ajibarang. Diakuinya, sejak tahun ajaran baru tahun ini, belum ada pemberitahuan akan diterapkannya lima hari sekolah. “Tiba-tiba saja mulai Senin minggu lalu sudah full day school,” jelasnya. Dia melanjutkan kendala yang dihadapi anaknya yakni sudah tidak dapat mengikuti “ngaji” yang sebelumnya rutin diikuti. “Selain tidak mengikuti ngaji, jam pulang sekolah menjadi pukul 15.30. Sepulang sekolah anak menjadi sangat capek. 

            Selain itu anak biasa menggunakan koprades, namun karena sore koprades sudah tidak ada,” tuturnya. Kasi Kurikulum Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Banyumas, Agus wahidin kepada Radarmas mengatakan, sekolah yang sudah menerapkan lima hari sekolah sebagian sudah melaporkannya ke Dindik. Artinya, ada sebagian pula yang belum melaporkan. Dindik meminta ketegasan sekolah untuk segera melaporkan jika sudah memulai. Menurutnya, data tersebut baru bisa terdata keseluruhan pada akhir bulan Juli. Selain itu dia juga mempersilakan kepada sekolah yang belum melakukan dan hendak melakukan lima hari sekolah. Kendati dipersilakan untuk menerapkan, namun sekolah harus lebih dulu melakukan komunikasi dengan wali siswa, komite, dan guru sekolah. “Jangan sampai ketika kebijakan sudah diterapkan muncul penolakan,” ujarnya. Selain itu ketika menerapkan kebijakan tersebut, kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler juga tidak boleh ditinggalkan. “Ketiga kegiatan itu tetap harus ada, tidak boleh satupun kegiatan yang ditinggalkan, meski menerapkan lima hari sekolah,” pungkasnya http://radarbanyumas.co.id

Kejari Purwokerto Usut Penyelewengan APBDes di Dua Desa

Sejumlah aparat desa di dua desa wilayah Kabupaten Banyumas, harus berususan dengan masalah hukum. Hal ini menyusul langkah Kejaksaan Negeri Purwokerto, mengusut dugaan kasus korupsi di dua desa tersebut, masing-masing Desa Krajan Kecamatan Pekuncen dan Desa Tipar Kecamatan Rawalo.

"Di Desa Krajan ada tiga aparat desa yang sudah kita tetapkan tersangka. Sedangkan untuk dugaan korupsi di Desa Tipar, masih dalam proses penyidikan," ujar Kepala Kejari (Kajari) Purwokerto, Rina Virawati, Kamis (20/7). Dalam kedua kasus tersebut, dana yang dikorupsi adalah dana APBDes.

Untuk dugaan korupsi di Desa Krajan, ketiga aparat desa yang telah ditetapkan sebagai tersangka terdiri dari Kepala Desa berinisial Ms, Sekretaris Desa berinisial Md dan pejabat Kasi Kesejahteraan dan Pembangunan berinisial Nc.

Dalam kasus dugaan korupsi di desa tersebut, Rina menyebutkan, dana yang dikorupsi berjumlah sekitar Rp 400 juta dari total dana APBDes senilai Rp 2,5 miliar. "Kerugian negara sebesar itu berdasarkan hasil perhitungan BPK," tuturnya.

Sedangkan tindak korupsi dilakukan dengan menggunakan beberapa modus. Antara lain dengan membuat proyek fiktif, melakukan mark-up (penggelembungan) anggaran proyek, dan juga meminta fee dari rekanan yang mengerjakan proyek.

"Proyek-proyek yang terindikasi korupsi, ada cukup banyak," jelasnya. Antara lain, proyek rehab kantor desa, rehab polindes, pengaspalan jalan, dan pengerjaan talud. Sedangkan sumber dananya ada yang berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari APBD, Dana Desa (DD) yang bersumber dari APBN, Bantuan Gubernur (Ban-gub) dan Bantuan Bupati (Banpup).

Sedangkan untuk kasus dugaan korupsi di Desa Tipar, menurut Rina, masih terus dilakukan penyidikan. Surat perintah dimulainya penyidikan, dituangkan dalam SP.Dik. Nomor: Print-828/O.3.14/Fd.1/96.2017, tanggal 8 Juni 2017.

"Dalam kasus dugaan korupsi di Desa Tipar, kami memang belum menetapkan tersangka. Saat ini kita masih terus melakukan pemeriksaan sejumlah saksi sambil dilakukan perhitungan kerugian negara oleh BPK," katanya.

Terkait dengan penangangan kasus korupsi tersebut, Rina menyebutkan, apa yang dilakukan Kejari Purwokerto sudah melebihi target. Hal ini karena Kejari Purwokerto mendapat target bisa menangani kasus korupsi sebanyak satu kasus pada tahun 2017 ini.

"Sampai Juli 2017 ini, sudah dua kasus yang kami tangani. Satu kasus yang didesa Krajan sudah ditetapkan tiga tersangka, sedangkan satu kasus masih penyidikan," katanya. http://nasional.republika.co.id

Minggu, 23 Juli 2017

Simpang Pabuaran Akan Dipasang Traffic Light

Simpang Pabuaran pada September mendatang, akan dipasang traffic light. Hal itu mengacu pada sering adanya keluhan pengguna jalan saat melewati simpang tersebut. “Banyak kendaraan yang tidak mengurangi kecepatan pas lewat pertigaan Pabuaran,” ujar Arifin, warga Purwokerto Utara. Arifin mengatakan, kendaraan yang lewat persimpangan tersebut selalu ramai dari pagi sampai sore, terutama saat akhir pekan. Meskipun sudah dipasang flashing atau lampu berkedip yang menandakan pengendara agar berhati-hati, tetapi banyak pengendara yang kurang mentaati.

             Saya sudah berhati-hati dari arah utara, tapi sering kaget ada kendaraan dari arah timur atau dari jalan Sunan Ampel mau belok ke utara,” katanya. Sementara itu, dari Dinas Perhubungan (Dinhub) Kabupaten Banyumas, merencanakan akan memasang traffic light di Simpang Pabuaran pada September mendatang. Adapun alokasi dana yang digunakan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 250 juta. Kepala Seksi Rekayasa dan Prasarana LLAJ Dinas Perhubungan (Dinhub) Kabupaten Banyumas, R Hermawan mengatakan, sebelum pemasangan akan dicek dan dilakukan pemantauan terlebih dahulu di simpang Pabuaran. “Itu untuk menentukan mana yang perlu didahulukan atau memposisikan lamanya nyala lampu hijau, tapi konsep yang kami gunakan urutan nyala lampu hijau searah jarum jam,” jelas Hermawan.


          Selain pemasangan traffic light di Simpang Pabuaran, Dinhub Banyumas dengan alokasi dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) juga sudah dipasang traffic light di Karanglo, Cilongok. Meskipun pemasangannya sudah dilakukan sebelum Lebaran 1438 H tahun ini, tetapi baru diaktifkan Rabu (19/7) kemarin. Hermawan menambahkan, tahun ini hanya ada pemasangan traffic light di Cilongok dan Simpang pabuaran. Sedangkan pembaruan Area Traffic Control System di Simpang Sawangan-BRI. Untuk rencana pemasangan traffic light tahun depan di Jalan Lingkar Wijahan, Kemranjen. http://radarbanyumas.co.id

Masyarakat Banyumas Antusias Saksikan Atraksi Pesawat Aerobatik

Ribuan masyarakat Banyumas, Jawa Tengah tumpah ruah di Alun Alun Banyumas untuk menyaksikan atraksi pesawat TNI Angkatan Udara (AU) yang dibawa oleh The Jupiter Aerobatik Team. Acara ini merupakan rangkaian hari bakti TNI AU yang jatuh pada tanggal 29 Juli.

Selain atraksi tim Jupiter hari ini digelar pula atraksi terjun payung, paramotor, serta drum band oleh Taruna Akademi Angkatan Udara (AAU).

"Masyarakat di Banyumas juga harus tahu bahwa kita mempunyai tim aerobatik yang sudah mendunia," Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kepada wartawan di Pendapa Kecamatan Banyumas, Minggu (23/7/2017).

Menurutnya di ASEAN hanya ada satu, yaitu Indonesia. Itu adalah bagian dari kebanggaan Indonesia sehingga masyarakat Banyumas harus bisa menikmati kebanggaan itu.

"Pesawat itu adalah milik mereka, milik rakyat yang juga harus bisa menikmati," katanya.

Menurut dia, kegiatan tersebut merupakan rangkaian karya bakti dan bakti sosial memperingati Hari Bhakti Ke-70 TNI AU, di Kabupaten Banyumas.

"Kita menarik semangat pengabdian yang telah dilaksanakan oleh para pendahulu, bagaimana kita terus ingin mendarmabaktikan kepada seluruh masyarakat yang ada di Indonesia terhadap apa yang telah kita laksanakan selama ini," ungkapnya.

Menurutnya beberapa kegiatan tersebut dilakukan di sekitar Banyumas terutama kesehatan dan pembangunan fisik untuk mendukung program-program pemerintah.

"Kegiatan itu kita laksanakan adalah kita pilih ditempat tempat itu. Paling tidak memerlukan pembangunan fisik, kita juga bisa mendarmabaktikan di sektor-sektor kesehatan, termasuk mendukung program pemerintah," jelasnya.

Perlu diketahui hari Bhakti TNI AU jatuh pada tanggal 29 Juli sekaligus menjadi penanda peristiwa tanggal 29 Juli 1947, saat tiga kadet perintis Angkatan Udara RI yakni Marsda TNI (Anumerta) Agustinus Adisutjipto, Marsda TNI (Anumerta) Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara I (Anumerta) Adisumarmo Wiryokusumo gugur di Yogyakarta.

Mereka gugur setelah pesawat Dakota VT-CLA yang membawa bantuan obat-obatan untuk Palang Merah Indonesia ditembak jatuh pesawat pemburu Kitty Hawk Belanda. Pesawat jatuh di Dusun Ngoto, Sewon, Bantul. Di Monumen Ngoto saat ini menjadi Monumen Perjuangan TNI AU. https://news.detik.com

Selasa, 18 Juli 2017

Edarkan Sabu 12,76 Gram, AP Terancam Hukuman Mati

AP (28) warga Kelurahan Purwokerto Lor, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas diringkus jajaran petugas Satuan Reserse Narkoba Polres Banyumas. Barang bukti yang diamankan berupa 12,76 gram sabu-sabu.

Berdasarkan keterangan Wakapolres Banyumas Kompol Malpa Malaccopo saat pemaparan kasus, penangkapan ini bermula dari informasi masyarakat.

“Pelaku berinisial AP (28) berhasil ditangkap setelah ada informasi masyarakat. Petugas yang melakukan penyelidikan lantas melihat lelaki dengan ciri-ciri yang disebutkan masyarakat itu menangkapnya di simpang Karangkobar, Purwokerto, Kabupaten Banyumas,” ujar Kompol Malpa, Selasa (18/7/2017).

Petugas juga mengamankan barang bukti berupa 23 paket kecil dalam plastik yang diduga berisi sabu dan ditaruh dalam tas yang dibawa AP. Kepada petugas, AP mengaku telah menaruh satu paket dalam plastik transparan di selokan depan Kantor Kelurahan Purwanegara.

Dari pengakuan ini, petugas membawa AP untuk menunjukkan tempatnya dan mengambil paket sabu itu. Dari seluruh barang bukti yang diamankan petugas ada 24 paket sabu-sabu dengan berat keseluruhan 12,76 gram.

Akibat perbuatannya itu, AP dijerat Pasal 114 ayat 2 juncto Pasal 112 ayat 2 juncto Pasal 127 ayat 1 huruf a UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkoba dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Sementara itu, AP mengaku memperoleh sabu itu dari seseorang di Jakarta. Setiap mengantar sabu dia menerima upah Rp 1 juta.

“Orang yang mengirimkan sabu itu saya juga belum pernah ketemu langsung, hanya berhubungan melalui HP saja. Saya ikut sebagai pengedar sabu ini baru beberapa bulan,” ujar AP. http://kriminalitas.com

Warga Lereng Gunung Slamet Tolak Proyek PLTP Baturraden

Ratusan orang dari berbagai elemen masyarakat menggelar aksi demonstrasi menuntut dihentikannya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden di lereng selatan Gunung Slamet. Mereka menuntut pemerintah mencabut izin eksplorasi panas bumi di Gunung Slamet.

Koordinator Aksi Selamatkan Slamet dari elemen mahasiswa, Marsha Azka menilai proyek PLTP Baturraden merupakan kesalahan fatal pemerintah. Pasalnya, proyek ini, bakal merusak ekosistem dan ekologi lereng selatan Gunung Slamet dan mengancam sumber kehidupan warga di sekitarnya.

Menurut dia, proyek ini sudah cacat sejak disusun oleh pemerintah. Buktinya, kata Azka, masyarakat pada awal tahap eksplorasi sudah merasakan dampaknya. Yang pertama adalah keruhnya Sungai Prukut Cilongok dan sejumlah anak sungainya, yang menyebabkan ratusan masyarakat kesulitan air bersih.

"Keruhnya air sungai Prukut antara November 2016 hingga Februari 2017 juga menyebabkan ribuan ekor ikan mati. Kerugian juga dialami oleh bidang peternakan dan industri kecil yang mengandalkan pasokan air bersih dari Sungai Prukut," ujar dia.

Pertanda lain bahwa alam telah terganggu adalah, akhir-akhir ini hewan-hewan liar di selatan lereng Gunung Slamet lebih sering turun ke lahan pertanian warga. Antara lain, babi hutan dan kera. Hewan-hewan itu merusak tanaman di lahan pertanian warga."Babi hutan semakin sering turun gunung ke lahan pertanian penduduk di Cilongok. Selain itu, di beberapa wilayah juga sudah dilaporkan ada kawanan monyet yang turun gunung juga," kata dia.

Sementara, ratusan orang Aliansi Selamatkan Slamet (ASS) yang berasal dari berbagai kalangan dan masyarakat terdampak melakukan long march dari STAIN Purwokerto menuju Pendopo Si Panji, Kompleks Kantor Bupati dan DPRD Banyumas.

Mereka hendak beraudiensi dengan bupati dan pimpinan DPRD Banyumas. Sebelumnya, permohonan audiensi yang mereka layangkan tak direspons oleh pemerintah Banyumas. Mekanisme administratif audiensi yang mereka ajukan sejak bulan-bulan sebelumnya juga tak ditanggapi.

"Kita menuntut supaya dari pemerintah kabupaten itu memberikan rekomendasi ke ESDM, LH, PU, gubernur dan Presiden berkaitan dengan pembangunan proyek panas bumi," ujar Azka.

Dalam orasinya, mereka menuntut agar bupati dan Ketua DPRD Banyumas menyatakan diri menolak pembangunan PLTP Baturraden dan mengeluarkan rekomendasi pencabutan izin eksplorasi Panas Bumi PT SAE kepada pemerintahan di atasnya.

"Selama rekomendasi itu belum diputuskan oleh pemerintah, Bupati Banyumas diminta untuk memerintahkan PT SAE sebagai pelaksana proyek menghentikan proses eksplorasi dan menarik semua alat berat dari lokasi," kata Azka. http://regional.liputan6.com

Senin, 17 Juli 2017

Tukang Ojek Demo, Muncul Petisi Dukung Go-Jek di Banyumas

Jalan protokol di pusat kota Purwokerto terlihat berbeda kemarin, (14/5). Sedikitnya, ratusan orang yang merupakan rombongan tukang ojek konvensional melakukan demo ke kantor DPRD Kabupaten Banyumas. Mereka mulai berkumpul dari Teluk, Purwokerto Selatan dan menuju ke pusat kota. Pantauan Radar Banyumas, di ruas jalan kota, rombongan driver ojek konvensional ini memenuhi badan jalan dan mengular panjang. Mereka tertib dalam berkendara dan menggunakan standar lengkap seperti helm dan jaket. Tak cuma itu, mereka juga membawa mobil yang terdapat pengeras suara dibagian atas. Ditambah dengan baliho tulisan yang ditempel di badan mobil bertuliskan; Ojek Pangkalan se-Kabupaten Banyumas Menolak adanya Gojek Online di Kabupaten Banyumas.



           Usai berkeliling, tukang ojek konvensional ini menuju ke Kantor DPRD Banyumas. Rombongan pun langsung diterima anggota DPRD yang dipimpin Ketua Juli Krisdiyanto. “Dalam dua bulan terakhir ini, pendapatan driver ojek konvensional turun, kalau ada Go-Jek, bisa semakin turun pendapatan kita,” ujar Rasan, Ketua Paguyuban Ojek Pangkalan se Banyumas. Dia menegaskan, di Purwoketo belum perlu adanya ojek online. Purwoketo, sebut dia, merupakan kota kecil yang dapat dijangkau antara tempat satu dengan lain secara mudah. “Lain lagi di kota besar yang jarak tempat satu dengan lainnya itu rata-rata jauh jangakauannya,” katanya. Rasan dan driver ojek konvensional mengaku merasakan betul adanya penurunan pendapatan belakangan ini. Sebelum ada Go-Jek, tukang ojek sudah mengalami. Maka, munculnya Go-Jek semakin meresahkan dampaknya pada pendapatan yang semakin menurun. 


           Di lain sisi, Ketua DPRD Kabupaten Banyumas Juli Krisdiyanto mengaku menemui tukang ojek karena memiliki kewajiban mendengar dan menyerap apa yang disampaikan tukang ojek konvensional. Sebab, pada prinsipnya para tukang ojek konvensional juga ingin mengembalikan situasi sulit seperti menurunnya pendapatan dalam waktu dua bulan belakangan ini, serta hal-hal terkait lainnya yang biasa dilakukan. “Tapi, kami tidak bisa serta merta langsung mengeksekusi, karena itu bukan kewenangan dari DPRD,” ujar Juli usai audiensi dengan driver ojek konvensional. Juli menuturkan, selama ini belum ada satu pun perda yang mengatur tentang ojek, baik ojek konvensional maupun ojek online. Untuk menyiasati hal tersebut, akan dikonsultasikan dengan bidang hukum berkaitan dengan penegakan perda. Menurtunya, hal yang sama-sama belum diatur dapat sama-sama dijalankan atau sebaliknya, hal yang sama-sama belum diatur bisa jadi penyimpangan. “Sama-sama belum diatur tetap layak jalan, tapi layaknya jalan bagaimana akan diatur selanjutnya dengan teknis tidak merugikan pihak manapun,” tuturnya. Untuk tindaklanjut tersebut, akan dirapatkan kembali pada Selasa (18/7) dan Rabu (19/7) bersama Dinas Pehubungan (Dinhub) kabupaten Banyumas, Polantas, dan kemungkinan juga mengundang pelaku ojek online untuk mendengarkan apa yang diinginkan. Ditengah demonya para tukang ojek pada Jumat kemarin, di lini massa media sosial juga muncul dukungan dari masyarakat luas yang mendukung Go-Jek. Bahkan, beredar petisi dukungan terhadap Go-Jek agar terus beroperasi di Banyumas. Petisi berjudul “Dukung Go-Jek Purwokerto” itu dibuat oleh akun awiet mwp sejak Jumat (14/7) pagi, dan sampai dengan pukul 16.00 WIB, petisi telah ditandatangani hingga 389 pendukung di change.org. 

Dikutip dari isi petisinya, awiet mwp mengatakan, keberadaan ojek online, khususnya Go-Jek di Kota Purwokerto setidaknya mampu menyerap lapangan pekerjaan. Di sisi yang lain juga, kami memberikan kenyamanan dan keamanan kepada customer. “Menyangkut masalah kenyamanan dan keamanan, kami memenuhi standarisasi peraturan lalulintas, seperti e-KTP, SIM C (roda dua) aktif, SIM A (roda empat) aktif, STNK taat pajak, SKCK aktif dan tidak memiliki keterlibatan hukum pidana,” tulisnya. Dalam petisinya, dia meminta Bupati Achmad Husein untuk lebih mempertimbangkan kembali keberadaan Go-Jek di Purwokerto. “Perlu Bapak Bupati Achmad Husein ketahui juga, bahwa bentuk pelayanan Go-Jek tidak hanya mengantarkan penumpang ke tujuan, namun ada pelayanan lain seperti Go-Food, Go-Shop, Go-Mart, Go-Send, Go-Win, Go-Tix, Go-Box, Go-Massage, Go-Clean, Go-Glaim, Go-Auto, Go-Mad dan Go-Busway,” tulis awiet dalam petisinya. “Kami dari paguyuban Go-Jek Satria yang merupakan mitra PT.Go-Jek Indonesia telah menjelaskan secara singkat keberadaan kami. Besar harapan agar bapak bupati bisa memahami dan mempertimbangkan untuk segera mengeluarkan izin operasional Go-Jek di Purwokerto,” harapnya lagi dalam petisi. Dikonfirmasi hal itu, Ketua Paguyuban Go-Jek Satria Muhammad Ikhsan membenarkan adanya petisi tersebut. Sebenarnya, dia menargetkan dukungan hanya sekitar 200 orang, namun sampai dengan sore hari dukungan sudah lebih dari itu. “Jika memang keberadaan Go-Jek bermanfaat buat masyarakat Banyumas, tolong bantu disebarkan petisi itu. Hasil dari pengumpulan tandatangan itu akan diserahkan kepada bupati,” katanya. Sumber: http://radarbanyumas.co.id

Selasa, 04 Juli 2017

Usai Libur Lebaran, Pegadaian Purwokerto Diserbu Nasabah

Kantor Pegadaian Purwokerto, Jawa Tengah diserbu ratusan nasabah pada hari pertama usai libur lebaran 2017 ini. Sebagian besar adalah para ibu yang hendak menggadaikan perhiasan emasnya.

“Meningkatnya peminat gadai emas ini merupakan fenomena yang terjadi setiap tahun. Tetapi, jumlahnya semakin banyak karena bertepatan dengan masa pendaftaran sekolah dan tahun ajaran baru,” jelas Asisten Manager Operasional PT Pegadaian KC Purwokerto, Tri Panca Hendriyani, Senin (3/7).

Dia mengakui, tahun ini lebih banyak nasabah lantaran sebentar lagi tahun ajaran baru. Menurut dia, kebutuhan untuk pendidikan tentu bertambah. “Lebih tinggi karena biaya sekolah di tahun ajaran baru juga meningkat,” imbuhnya.

Serbuan nasabah itu menurut dia berimbas langsung pada peningkatan transaksi yang bisa berlipat-lipat dibanding hari biasa. “Untuk pekan ini nilai transaksi gadai bisa mencapai Rp 3-4 milyar peningkatannya. Tapi juga diimbangi dengan tebus emas,” terangnya.

Hal itu menurut Tri Panca berkebalikan dengan masa sepekan menjelang Hari Raya Idul Fitri kemarin. Saat itu, transaksi di Pegadaian Purwokerto didominasi oleh nasabah yang ingin menebus emas. Tujuannya untuk dipakai saat lebaran.

“Ya kan perempuan juga perlu berhias. Mungkin seperti itu,” ujarnya.

Menjelang lebaran, ujar Tri Panca, jumlah transaksi tebus emas ini pun mengalami peningkatan hingga 5 persen dibanding hari biasa dengan nilai total kurang lebih lebih Rp1,5 milyar.

Dia menambahkan, tahun ini, PT Pegadaian Purwokerto menetapkan target untuk program gadai emas sejumlah Rp 73,5 milyar. Angka tersebut kini sudah terpenuhi Rp 7 milyar.

Selain didominasi aktivitas gadai, sejumlah nasabah juga menyelesaikan pembayaran program kredit mikro dan pembiayaan kendaraan yang jatuh tempo. Total transaksi kredit hari ini ini diperkirakan mencapai Rp300 juta.  https://www.gatra.com

Mendoan, Getuk Goreng hingga Lanting, Oleh-oleh Wajib dari Purwokerto


1. Mendoan

Mampir ke Purwokerto tak lengkap tanpa membawa oleh-oleh makanan. Ada tempe mendoan hingga getuk goreng yang bisa dijadikan buah tangan.
Hari ini mampir atau melintas di Purwokerto? Jangan sampai tak bawah oleh-oleh khasnya. Bisa berupa mendoan dan keripik untuk pencinta tempe atau getuk goreng yang manis gurih. Panganan ini umumnya tersedia di pusat oleh-oleh. Berikut oleh-oleh makanan yang khas dari Purwokerto. Menyebut Purwokerto tak bisa meninggalkan tempe mendoan. Tempe persegi nan tipis ini dicelupkan dalam tepung berbumbu lalu digoreng. Uniknya, proses menggoreng sengaja tidak terlalu lama sehingga tempe dan tepungnya masih agak basah. Paling enak dinikmati hangat dengan cocolan sambal kecap dan rawit. Meski begitu, tempe mendoan juga cocok dijadikan oleh-oleh. Bisa dibawa dalam keadaan matang atau berupa tempe mentah. Di Purwokerto juga ada yang menjual tepung mendoan khusus sehingga siapapun bisa membuat tempe mendoan di rumah.


2. Nopia



Kalau mau yang manis ada nopia sebagai pilihan. Sering disebut telur gajah, kue bulat ini dibuat dari tepung terigu, gula merah dan air. Adonan tepung diisi gula merah lalu dipanggang hingga matang menggunakan teknik tradisional. Selain rasa original yaitu gula merah, kini ada juga nopia cokelat, pandan, nanas, durian dan banyak lainnya. Nopia banyak diproduksi di Desa Pekuncen, Kecamatan Banyumas. Tapi kini mudah ditemui di penjuru Purwokerto terutama di pusat oleh-oleh.

3. Getuk Goreng



Jika biasanya getuk direbus, Purwokerto tepatnya Sokaraja punya getuk goreng yang nikmat. Getuk dibuat dari singkong dengan campuran gula merah. Dibentuk bulatan kecil-kecil lalu digoreng. Hasilnya getuk terasa manis gurih. Paling enak melahapnya sambil menyeruput kopi atau teh manis. Untuk oleh-oleh, getuk goreng siap santap umumnya dikemas dalam besek kecil dari bambu. Varian rasanya juga sudah lebih banyak termasuk durian dan keju.

4. Keripik Tempe



Kalau mau oleh-oleh tempe yang lebih awet, pilihlah keripik tempe yang juga banyak dijajakan di Purwokerto. Tempe diiris tipis-tipis lalu dicelupkan ke adonan tepung dan digoreng hingga kering. Rasanya yang gurih renyah cocok dijadikan camilan ringan atau lauk pendamping nasi.

5. Lanting



Satu lagi camilan gurih renyah khas Purwokerto, lanting. Bentuknya menyerupai angka 8 dengan bagian tengah bolong. Lanting dibuat dari adonan singkong, bawang putih dan banyak bumbu lainnya. Adonan lalu dijemur hingga kering dan digoreng hingga renyah. Selain rasa original, Anda bisa membeli lanting rasa pedas yang tak kalah nikmat.
6. Serabi



Serabi bukan hanya ada di Bandung atau Solo saja. Purwokerto punya serabi yang mirip dengan serabi di kedua kota tersebut. Yang membedakan adalah adanya adonan manis di tengah serabi. Dibuat dari gula merah dan gula pasir yang membuatnya lebih nikmat.

7. Jenang Jaket



Jenang atau panganan sejenis dodol bisa ditemui di Purwokerto. Namanya 'Jenang Jaket' karena merupakan singkatan Jenang Asli Ketan. Bahan pembuatnya antara lain beras ketan, gula merah dan santan kelapa. Meski dibuat dari ketan yang identik lengket, Jenang Jaket tidak lengket ataupun menempel di sela-sela gigi. Cocok dijadikan oleh-oleh.  https://food.detik.com

Lalu-Lintas Purwokerto Berangsur Normal

Pemudik yang sebagian besar merupakan pekerja, kembali melakukan aktivitas Senin (3/7), sudah kembali ke kota domisili masing-masing.
. Puncaknya diprediksi Sabtu (30/6) dan Minggu (2/7) kemarin. Hal itu juga mempengaruhi arus lalu lintas di wilayah Purwokerto kota kembali normal, setelah beberapa hari lalu sempat ramai di beberapa titik. Bahkan di Jalan Masjid dibuat satu arah ke utara. Perwira Pengendali Pos Pengamanan alun-alun Purwokerto, AKP Sudrajat mengatakan, puncak keramaian terjadi pada Jumat (29/6) malam. Keramaian tersebut tersebar terjadi di Jalan Jend Sudirman sekitar alun-alun Purwokerto, Jalan Masjid, hingga jalan lainnya yang mengelilingi Alun-Alun Purwokerto. “Kebanyakan orang menuju alun-alun Purwokerto dan ke mall, setelah Maghrib banyak kendaraan yang masih beberapa diantaranya plat luar kota, susah mendapat tempat parkir,”jelasnya. Menurut dia, hingga Minggu (2/7) kemarin arus lalu-lintas di dalam kota masih menuju normal. 

Untuk arus normal, diprediksi terjadi Senin (3/7). Dia mengaku tidak dapat membandingkan keramaian libur Lebaran tahun ini dengan tahun lalu, Sebab saat libur Lebaran tahun ini sudah ada mall, tidak seperti tahun lalu. “Semenjak ada mall, keramaian terbagi tidak berfokus di pusat perbelanjaan yang ada di area Pos Pengamanan Matahari,” ujarnya. Dari pantauan Radarmas, Minggu (2/7), arus lalu lintas di sepanjang Jalan Jend Sudirman hingga Simpang Sawangan, sudah lancar. Kendaraan berplat luar kota tidak sebanyak sebelum Lebaran. Warga Purwokerto, Mei F mengatakan, memilih menghabiskan libur Lebaran di sekitar Kota Purwokerto, Minggu (2/7) kemarin. Sebab, beberapa hari yang lalu ia dan keluarga melakukan silaturahmi.

 “Baru bisa main hari ini (kemarin), karena kemarin-kemarin silaturahmi dan sempat keluar kota. Tapi anak-anak masih ingin jalan-jalan,” kata Mei. Mei memilih berlibur tidak jauh dari tempat tinggalnya. Alun-aAlun Purwokerto sengaja dipilih agar anak-anaknya dapat leluasa berlarian. Selain itu, Mei pun mengaku juga memiliki tujuan ke mall hanya sekedar menuju tempat makan. “Di alun-alun Purwokerto kan luas, pas untuk dua anak saya yang aktif, dan juga ada mainan di sini, kalau lapar tinggal nyebrang ke mall,” ujarnya.
Sumber: http://radarbanyumas.co.id