Jumat, 07 Oktober 2016

Gunungan batik ramaikan perayaan sedekah bumi di Banyumas



Ritual ruwat bumi di Desa Papringan Kecamatan Banyumas Jawa Tengah pada tahun ini digelar berbeda dibanding tempat lain. Tahun ini, warga Desa Papringan membuat gunungan yang berisi puluhan lembar batik khas yang dibuat oleh perajin batik yang ada di wilayah tersebut.
Gunungan batik setinggi dua meter dibawa keliling desa bersama dua gunungan yang berisikan hasil bumi dari pertanian warga sekitar. Arak-arakan yang dimulai sekitar pukul 13.00 WIB, mengambil rute jalan yang melewati wilayah permukiman desa setempat. Sepanjang jalan, arak-arakan gunungan tersebut disambut meriah warga yang melihat. Sesampainya di balai desa, gunungan kemudian diletakkan bersamaan dengan gunungan berisi hasil bumi warga.
Menurut ketua panitia ruwat bumi Desa Papringan, Kartono, gunungan batik tersebut tidak untuk diperebutkan. Tetapi, gunungan berisi 20 kain batik tersebut menjadi medium untuk memperkenalkan batik papringan yang kini sudah dikenal luas masyarakat desa.

"Gunungan (batik) ini dibuat untuk memperkenalkan seni batik yang sudah ada di Desa Papringan kepada masyarakat desa. Tujuannya agar bisa mengembangkan dan memperluas kerajinan membatik," ucapnya, Jumat (7/9).

Sementara itu, Kepala Desa Papringan Sri Purwati, mengatakan, saat ini batik Papringan sudah dikenal secara luas masyarakat. Dia berharap dengan adanya gunungan batik di saat gelaran ruwat bumi akan memberikan semangat bagi perajin batik di tempatnya untuk semakin produktif.

"Saat ini, kami sudah memiliki beberapa galeri batik yang dikelola kelompok usaha bersama pembatik. Saat ini, para pembatik sudah merasakan manfaatnya usai mendapat pembinaan langsung dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto," ucapnya.

Gunungan batik di Banyumas
Ketua perkumpulan batik tulis kelompok usaha bersama Papringmas, Supriyani, mengatakan sebelum terangkat dari hasil pembinaan Bank Indonesia Purwokerto di tahun 2012, kebanyakan pembatik di desanya hanya bekerja menjadi buruh lepas. "Tetapi saat ini, kami sudah bisa memasarkan sendiri dengan jumlah pembatik sudah mencapai 30 orang untuk satu KUB," ucapnya.

Ia mengemukakan, saat ini batik banyumasan yang diproduksi kelompok Papringmas sudah sering dipamerkan pada beberapa even nasional dan internasional. Saat ini, lanjutnya, batik pringmas sedang dipamerkan di Jakarta.

"Minggu depan, kami akan ikut dalam pameran di Surabaya. Tak berapa lama lagi, juga akan dipamerkan di India," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan ada beberapa teknik yang digunakan untuk membuat batik Banyumasan, yakni teknik cetak dan tulis. Selain itu, ia mengemukakan warna khas lokalitas batik banyumasan yang berwarna soga dengan motif pringsedapur tetap dipertahankan.

"Kami tetap pertahankan ciri batik klasik yang selama ini menjadi ciri khas. Untuk pewarnaan, kami menggunakan pewarna tekstil dan pewarna alam," ujarnya.

Gunungan batik di Banyumas

Untuk pewarna alam, jelas Supriyani, biasanya menggunakan kulit rambutan, mahoni dan manggis untuk mendapatkan warna yang disesuaikan dengan alam Banyumas. Bahkan, warna alami tersebut bisa dipakai untuk 30 kali celupan.

"Kalau untuk harga jual batik, biasanya dijual mulai Rp 150 ribu hingga Rp 800 ribu. Sedangkan untuk batik dari warna alam dijual Rp 500 ribu hingga Rp 900 ribu per lembarnya," ucapnya.
www.merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar