Jumat, 27 Oktober 2017

Mahasiswa Purwokerto Nyalakan Lilin Tanda Berkabung

Sedikitnya 250 mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Banyumas menggelar aksi keprihatinan atas atas rentetan aksi represi aparat dalam menghadapi demonstrasi mahasiswa di berbagai daerah, termasuk Purwokerto. Mereka menyalakan lilin sebagai bentuk protes, sekaligus solidaritas untuk para pejuang demokrasi yang mengalami kekerasan di berbagai belahan Nusantara, akhir-akhir ini.

Koordinator Aksi, Sujada Abdul Malik mengatakan aksi ini dilakukan untuk merespon kekerasan yang dialami demonstran di berbagai daerah. Terakhir kali, belasan mahasiswa yang berdemonstrasi mengkritisi pemerintahan Jokowi-JK, Jumat (20/10) di Jakarta, dibubarkan paksa dan mengalami kekerasan. Bahkan, 4 di antaranya ditetapkan sebagai tersangka.

Padahal, menurut dia, demonstrasi adalah bagian dari menyampaikan aspirasi di muka umum yang telah dilindungi UUD 1945. Namun, ternyata aparat masih melakukan kekerasan ketika membubarkan massa.

Sujada menilai, pendekatan represif yang dilakukan Polda Metro Jaya dan Kepolisian Serang, Banten dalam membubarkan massa berlawanan dengan UUD 1945. Dan itu, adalah catatan rangkaian kekerasan aparat dalam merespon aksi damai pada Oktober ini. Sebelumnya, pada 9 Oktober 2017 kekerasan juga dialami oleh puluhan anggota Aliansi Selamatkan Slamet (ASS) yang menggelar aksi damai menolak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden yang dinilai merusak lingkungan.

“Aliansi Mahasiswa Banyumas menuntut agar Kepolisian membebaskan 4 mahasiswa yang dikriminalisasi dalam pembubaran aksi 20 Oktober 2017 di Istana Negara. Kami juga menuntut agar Polda Metro Jaya bertanggungjawab atas tindakan kekerasan fisik,” ujarnya, Selasa malam (24/10).

Sementara, Menteri Luar Negeri BEM Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Nezar Nabila menyoroti, kekerasan aparat kepada peserta aksi dan damai menolak PLTP Baturraden. Dalam aaksi itu, puluhan demonstran mengalami kekerasan. 24 orang ditangkap dan ditahan kepolisian. Belakangan 1 orang di antaranya diketahui merupakan korban salah tangkap. Selain itu, terjadi pula kekerasan terhadap wartawan yang tengah meliput.

“Malam ini kita menyatakan hari ini adalah malam berkabung, untuk matinya demokrasi,” tandas Nezar.

Sementara, dalam aksi damai tersebut, ratusan mahasiswa menyalakan lilin sejak pukul 19.30 WIB. Aksi ini juga diwarnai pembaacaan puisi keprihatinan dari mahasiswa sejumlah perguruan tinggi. Mereka juga menyanyiakan lagu-lagu perjuangan. Pukul 21.30 WIB, aksi massa berakhir dan demonstran membubarkan diri. https://www.gatra.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar