Rabu, 20 Januari 2016

Banyumas Minim Acara Wisata

Kabupaten Banyumas dinilai masih perlu menggenjot aktivitas wisata. Pasalnya, lama tinggal wisatawan masih sangat rendah. Pelaku wisata, Bilwan Feriyanto, meski kunjungan wisatawan di sejumlah objek wisata Banyumas terbilang cukup tinggi dibanding kabupaten lain di eks karesidenan, tetapi length of stay sangat rendah. Itu disebabkan minimnya kegiatan alternatif yang menjadi hiburan bagi wisatawan yang tinggal. “Purwokerto selama ini hanya menjadi kota transit. Waktu perjalanan ke Banyumas saja sudah memakan satu hari. Kalau ingin menambah waktu tinggal, ya sediakan hiburan alternatif yang membuat wisatawan betah tinggal lebih lama,” ujarnya, kemarin.

Menurut dia, hiburan alternatif berupa atraksi wisata bagi perlu digenjot. Di pusat kota, hiburan ini bisa diartikan aktivitas minat khusus. Misalnya pertunjukan kesenian, tempat berbelanja, penyediaan pusat kuliner, hingga pusat-pusat industri kreatif. Dia mengungkapkan, hal ini harus dikemas dalam bentuk satu kesatuan. Contohnya dengan memunculkan pasar kuliner dan kesenian di jantung kota. Hal ini dimanfaatkan untuk mendukung event pariwisata Banyumas yang sudah diagendakan. “Memang tidak mudah untuk mengemas semua unsur tersebut dalam satu kesatuan. Sangat merepotkan. Tapi itu harus dimunculkan dengan kerja sama antar pemerintah dan pihak swasta yang berkecimpung di bidang pariwisata,” katanya. Dia mengatakan, ikon wisata di Banyumas kurang menjual dan tidak beragam. Dari sekian banyak objek wisata hanya Baturraden yang paling menarik. Selain itu, untuk membuat paket wisata alternatif diBanyumas membutuhkan biaya yang banyak. Terutama untuk menyiapkan tempat yang dituju serta kendaraan yang akan dipakai. Setiap atraksi dan objek wisata juga membutuhkan pemandu wisata yang selalu siap siaga. 

    Tamu yang datang bakal dituntun untuk masuk ke objek wisata. Selain itu, sambung dia, infrastruktur menjadi faktor pendukung lain yang dapat menunjang para wisatawan berkunjung ke Kota Satria. “Fasilitas untuk wisatawan di Banyumasjuga sebenarnya sudah bagus. Perlu ditingkatkan lagi,” katanya. Sementara itu, pemandu wisata, Wiwit Yuni mengatakan, rata-rata tamu yang menginap di hotel mengaku kebingungan. Pasalnya, tidak ada informasi tempat yang dituju selama berada di Banyumas. “Tamu yang menginap sebagian besar dari luar kota, seperti Jakarta dan Bandung. Informasi yang mereka dengar hanya Lokawisata Baturraden,” katanya. Dia mengatakan, Kabupaten Banyumasmemiliki potensi di sektor pariwisata. Beberapa desa wisata, seperti Desa Ketenger dan Desa Karangsalam seharusnya bisa menjadi alternatif destinasi wisata. Dia menyayangkan, belum banyak biro wisata yang melirik kawasan yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata tersebut sebagai paket pilihan. Oleh karena itu, beberapa objek wisata di Banyumas harus dikelola dengan baik dan inovatif, serta dapat menggali potensi lain pada sektor pariwisata. “Rata-rata biro wisata hanya berani menjual objek wisata yang sudah dikenal,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Deskart Sotyo Jatmiko mengungkapkan, selama ini hotel, biro perjalanan maupun pelaku wisata termasuk Dinporabudpar belum memiliki paket wisata yang mampu menahan wisatawan berkunjung lebih lama di Banyumas. “Hal itu disebabkan data segmentasi dan jumlah wisatawan yang menginap serta atraksi wisata yang digelar malam hari sebagai hiburan alternatif. Dua hal itu saling berkaitan,” ungkapnya. Dia meminta, pihak hotel untuk membuka data kunjungan. Baik itu domestik atau mancanegara, dari kalangan pelajar, pengusaha, pekerja maupun keluarga serta durasi menginap. Data ini dibutuhkan untuk menyusun paket wisata. 


       Untuk objek wisata di sekitar kota, Taman Rekreasi Andhang Pangrenan dan Taman Bale Kemambang mengalami peningkatan pengunjung. Hal ini disebabkan adanya aktivitas pementasan kesenian secara rutin. Kegiatan ini bekerjamsama dengan bidang kebudayaan. Sementara terkait atraksi wisata, Deskart akan menjadwalkan kembali paket city tour yakni Si Panji Dinner, Gedung Pusaka, serta Sendratari Kamandaka yang pernah digagas pada 2014 lalu. Aktivitas yang ditawarkan yakni wisata malam di area Kota Purwokerto. Saat ini pihaknya juga tengah menyiapkan Festival atau Pasar Seni Tugu. Event ini akan menghadirkan wisata belanja dan kuliner yang dibarengi dengan pementasan kesenian unggulan di Jalan Gatot Subroto. “Festival Tugu masih proses penggodokan. Masih ada yang pro dan kontra. Seharusnya event ini bisa dimanfaatkan oleh kalangan swasta yang ingin menyuguhkan atraksi alternatif. Banyak pekerjaan yang harus digarap bersama-sama,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar