Malang nian nasib bocah laki-laki berusia 10 tahun, Gus Deva. Orang tua Deva yang mengantarkan Deva berobat ke RSUD Prof Dr Margono Soekarjo, Sabtu (12/12) lalu, secara mentah ditolak pihak rumah sakit. Alasannya, mereka menggunakan Jamkesmas. Ibu Deva, Ratini (38) mengaku sangat kecewa. Padahal menurutnya tidak pernah ada masalah terkait penggunaan jamkesmas saat berobat di puskesmas atau rumah sakit lain.
Yang lebih menyakitkan, RS Margono sempat menolak meminjamkan dragbar roda untuk membawa Deva kembali ke mobil. “Kata dokter jaganya kalau lewat umum bisa, tapi kalau pakai jamkesmas tidak bisa,” kata warga Kelurahan Karangwangkal RT 3 RW 4 tersebut. Ratini menceritakan, kondisi Deva sudah mulai mengkhawatirkan sejak akhir November lalu. Menurutnya, sejak dua minggu terakhir, Deva tidak bisa mengontrol sarafnya secara mandiri. Kondisi kepala, lengan dan kaki Deva saat ini selalu bergerak tanpa bisa dikontrol. “Kaya stroke, tapi saya tidak tahu ini penyakit apa, makanya saya bawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Tapi ternyata ditolak,” ujarnya. Pada tanggal 30 November lalu, Deva dibawa ke Puskesmas Purwokerto Utara, namun diminta untuk dirujuk ke RSUD Margono.
Saat itu juga sudah dibawa ke poli anak RSUD Margono dan harus kembali melakukan kontrol pada tanggal 9 Desember. Pada tanggal 9 Desember lalu, Ratini bersama suami, Satim (42), mengantar Deva untuk kontrol ke RSUD Margono, namun ternyata tutup. Pasca hari itu, Ratini dan Satim mengaku kebingungan untuk mencari biaya transport. Ratini hanya sebagai ibu rumah tangga, dan Satim kesehariannya hanya menjadi pemulung, dengan pendapatan yang sangat minim. Ayah Deva, Satim menjelaskan, dia tidak bisa membawa Deva ke RSUD Margono pada keesokan harinya karena terkendala biaya transport. Dijelaskan, tanggal 9 Desember lalu, dia kesana untuk melakukan kontrol dan mengambil obat. “Saya hanya punya uang Rp 20 ribu dan habis untuk transport. Kalau obatnya bayar, ya saya bingung lagi mau nebus pakai apa. Lah ini malah disuruh datang lagi besoknya, ya saya akhirnya tidak kesana lagi karena tidak ada uang,” ujarnya. Lalu pada Sabtu (12/12) lalu, Ketua RT setempat, Endang MS menawarkan bantuan untuk membawa Deva ke RSUD Margono. Kondisi Deva sudah semakin parah, bahkan saat ini Deva sudah kesulitan untuk berkomunikasi. “Melihat kondisinya yang parah, akhirnya saya pinjam mobil teman untuk membawa Deva,” katanya. Sebelum dibawa ke RSUD Margono, Endang bersama Ratini membawa Deva ke RS DKT. Namun oleh RS DKT disarankan untuk dirujuk ke RSUD Margono yang memiliki peralatan yang memadai. “Lalu saat di Margono, Deva ditolak di IGD. Padahal paling tidak ada pemeriksaan dulu, karena kondisi Deva sudah sangat memprihatinkan,” lanjutnya.
Endang mengaku sempat mendatangi poli anak dan poli saraf RSUD Margono, sesuai rujukan dari IGD. Namun saat itu, poli anak sudah tidak ada dokter jaga. Lalu ke poli saraf, dan disarankan untuk melakukan pendaftaran di depan. “Namun pendaftarannya ternyata sudah tutup, padahal masih jam 11 siang. Lalu akhirnya kembali lagi ke poli saraf, dan disarankan masuk lewat IGD. Tapi ternyata tetap ditolak karena pakai jamkesmas. Lah lalu untuk apa jamkesmasnya kalau tidak bisa dipakai. Padahal jamkesmasnya sudah jelas atas nama Gus Deva,” tegasnya. Rencananya, Senin (14/12) ini Endang bersama orang tua Deva akan melaporkan ke pihak kelurahan, terutama untuk meminta bantuan untuk transportasi. Sementara, saat dikonfirmasi, Kabag Umum RSUD Margono Soekarjo, Nurekta mengatakan akan melakukan koordinasi dengan seluruh pihak yang terkait. “Malam ini kami akan melakukan klarifikasi ke semua bagian, apakah memang benar seperti itu,” katanya. Dia mengatakan, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan pasien pengguna jamkesmas tersebut batal diperiksa. Bisa jadi persyaratan yang dibawa pasien belum lengkap. “Kami bukan membela diri. Pada prinsipnya kami tidak pernah menolak pasien,” ujar dia. Dijelaskan, untuk pelayanan di IGD menurutnya memang harus melalui rawat jalan kalau masih dalam jam operasional. Menurutnya, untuk prosedur perawatan pasien pada saat jam kerja memang harus melalui poli. “Kecuali itu pasien kegawatdaruratan, seperti gagal napas, baru bisa melalui IGD meskipun pada jam kerja. Saya rasa petugas di IGD sudah sangat paham tentang itu,” imbuh dia. Dikenal Sebagai Anak yang Aktif Gus Deva, siswa kelas III SDN 2 Karangwangkal kini hanya bisa terbaring di tempat tidur. Kondisi fisik memaksanya tidak bisa melakukan aktivitas seperti anak-anak kebanyakan. Padahal dimata kerabat terdekat, Deva dinilai sebagai sosok yang aktif dan energik.
Salah seorang guru SDN 2 Karangwangkal yang menjenguk Deva, Minggu (13/12) kemarin, Dwi Setiyani mengatakan, Deva merupakan anak yang semangat dan aktif. Menurutnya, motivasi Deva untuk sekolah juga terbilang tinggi. “Walaupun sakit ringan, dia tetap bersikeras untuk sekolah. Makanya ini saya ke rumahnya karena sudah dua minggu ini dia jarang masuk sekolah,” katanya. Guru lain, Endang juga mengakui hal tersebut. Di sekolah Deva dikenal sebagai sosok yang tidak bisa diam. “Dia selalu lari-larian atau sepedaan saat jam istirahat. Daya tangkapnya juga cukup bagus saat diajar,” ungkapnya. Menurut Endang, pada saat Senin pekan lalu, Deva juga masih terlihat di sekolah untuk mengikuti UAS. Namun demikian, kondisinya memang sudah menurun. “Untuk mengerjakan soal UAS kemarin, Deva harus dibantu temannya untuk menuliskan jawabannya. Saat itu komunikasinya masih lancar,” katanya. Kesehariannya, Deva juga dikenal sebagai anak yang periang. Sepulang sekolah Deva sangat jarang terlihat di rumah. Ratini, ibunya, mengatakan Deva selalu main keluar baik bersepeda ataupun sepakbola bersama teman-temannya. Namun kondisi tersebut tidak terlihat sejak dua minggu lalu. Menurutnya, sejak Deva jatuh tersungkur, kondisinya semakin aneh dari waktu ke waktu. Dia menjelaskan sejak dua minggu lalu, Deva terlihat tidak bersemangat. “Pulang sekolah Deva biasanya langsung main, tapi kemarin-kemarin tidak, bahkan lebih senang sendiri di kamar. Saya sudah pernah bertanya, tapi katanya tidak apa-apa,” ungkapnya.
Radarmas.co.id
Radarmas.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar